Senin, 04 Januari 2010

konsep iman dalam Al-qur'an

Kata Pengantar

Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat di rampungkan, shalawat dan salam kami hantur pula kepada Rasulullah SAW yang telah berjuang menyampaikan risalah samawiayyat kepada pengikut dan ummatnya dengan segenap pengorbanan.

Ide penyusunan makalah ini, mahasiswa dipacu untuk menambah pengetahuan melalui kegiatan membaca buku sebanyak mungkin untuk menambah wawasan para mahasiswa dalam mata kuliah yang diprogramkan,yaitu Tauhid.

Sejalan dengan kepentingan yang dimaksud,maka penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para mahasiswa/pelajar yang ingin menambah ilmu tentang Tauhid.

Namun penulis menyadari bahwa penulis makalah ini masih jari dari kesempurnaan dan bahkan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

mudah-mudahan kehadiran makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan para pembaca sekalian.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman.

Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:

8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

[22] Hari kemudian Ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

Adapun pokok bahasan dalam makalah ini adalah iman dalam pandangan islam yang dimana iman itu tidak akan sempurna apabila salah satunya tidak ada.

B. Rumusan dan Batasan masalah

Lantas apakah yang dimaksud dengan Iman yang sebenarnya? Bagaimanakah ciri-ciri orang beriman tersebut?

Makalah yang ada di hadapan saudara ini akan membantu memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan menambah ilmu kepada saudara berkenaaan dengan masalah tersebut.

BAB II

PENGERTIAN

A. Iman adalah kebenaran

B. Iman adalah Tasdid ( kebenaran ) di dalam hati dan di benarkan oleh lidah. Maksud dari pada Defenisi ini ialah menerima segala apa yang dibawakan oleh Rasulllah dan hanya mengucapkan dua kalimah syahadat “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasullullah” (Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah).

C. Iman adalah pembenaran dalam hati di ikrar dengan lisan atau lidah dan dibuktikan dengan perbuatan. Maksud dari pada konsep ini ialah menerima segala apa yang dibawakan oleh nabi muhammad,megucapkan dua kalimat syahadat, dan mengerjakan ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Iman.

Allah swt berfirman di dalam Surah Al-Baqarah “ Laisal Birra antuwaallu Wujuhakum ilal Masyriki wal Maghribi,…Walakinnal Birra man aamana Billahi wal yaumil akhiri, Wal Malalaakati Wal Kitaabi Wannabiyyin, Wa Atal Maala ala Hubbihi Sawil qurbaa wal Yataama Wal Masakina wabnis Sabiil, Wassailiina wa firrikaab, Wa akaama sholata, wa ataszakata wal Maufuuna Biahdihim Idza ahaduu, wassabirinaa fil ba’saai waddhorroi Wa hinal ba’si Uulaiika Ladzina sadaquu wa Ulaika humul Muttaqun.

Dalam suatu Hadist shohih diriwayatkan oleh Umar Ibnu Khottab Ra, berkata ketika Rasulullah saw sedang duduk bersama beberapa sahabat maka datanglah Malaikat Jibril as: mengajarkan tentang Islam, Iman dan Ihsan. Dari sinilah kemudian kita mengenal tentang 5 (lima) Rukun Islam yang wajib bagi seluruh Ummat Islam yakni Mengucapkan kalimat syahadat yaitu melakukan persakisian yang sebenar benarnya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt dan Muhammad Rasulullah saw adalah utusan Allah, Mendirikan Sholat, Membayar Zakat, Berpuasa pada bulan suci Ramdhon, dan melaksanakan Ibadah haji bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Selanjutnya, Jibril as: juga mengajarkan kepada kita melalui Rasulullah saw tentang Iman yang kita kenal dengan apa yang disebut dengan Rukun Iman yaitu Beriman kepada Allah swt, Beriman kepada Malakait, Beriman kepada Kitab kitab Allah swt yang telah diturunkan kepada Rasulnya “NIMIM” ( yakni kepada Nabi Nuh as Suhuf, kepada Nabi Ibrahim as: Kitab Zabur, Kepada Nabi Musa as; Taurat, Kepada Nabi Isa as : Injil, dan terakhir yang merupakan penyempurnaan sekaligus dijaga langsung oleh Allah swt akan kemurniannya yaitu Kitab Al;-Qur’an kepada Rasulullah Muhammad saw), Kemudian beriman kepada Rasul dan Nabi Allah swt, beriman kepada hari akhir (pembalasan) dan Ridho terhadap ketentuan Allah yang baik ataupun yang buruk. Dan terakhir, Jibril juga mengajarkan melalui Rasulullah saw tentang ke ikhlasan bahwa Ikhlas itu adalah menyembah atau beribadah kepada Allah swt seakan akan melihat Allah swt dan jika tidak, maka yakinlah bahwa Allah swt pasti melihat kita.

Imam Nawawi dalam menerangkan tentang takdir Allah swt menyatakan bahwa Takdir itu ada empat macam;

pertama, Takdir dalam masalah Ilmu Allah swt sehingga dikatakan hidayah lebih didahulukan dari kedudukan, kebahagiaan didahulukan dari duka, membangun masa depan didahulukan atas apa yang telah berlalu, sebagaimana Rasulullah saw ” : Laa Yuhlaka Alal Lahi Illa Haalika” bahwa Allah swt tidaklah membuat sesorang menjadi Jahat kecuali memang dia itu Jahat yakni tertulis di dalam Ilmu Allah swt bahwa seorang tersebut adalah penjahat disebabkan pengetahuan Allah swt bahwa sesorang tersebut adalah jahat.

Kedua, Takdir yang tertulis di “Lawkhul Makhfudz” yang menurut imam Nawawi takdir yang berada di lawkhiul Makhfudz tersebut dapat berubah, sebagaimana Allah swt berfirman” Yamhul Laahu Maa Yasyaaa Wa Yustbitu Wa Indahu Ummul Kitaab” yang Artinya Allah swt dapat merubah sesuatu hal atas Kehendaknya dan dapat Menetepkannya dan Dialah pemilik Kitab Utama yang berada di Lwkhiul Makhfudz tsb” . Sehubungan dengan hal ini, Ibnu Umar r.a pernah berdoa bahwa Ya Allah jika Engkau telah menuliskan diri ini sebagai orang yang bernasib Buruk, merugi atau Fasik maka berilah aku pemahaman dan tulislah aku sebagai orang yang berbahagia.

Ketiga, adalah takdir saat seseorang berada didalam Rahim Ibunya dimana Malikat mendapat tugas dari Allah swt untuk menulis tentang rejeki, ajal, tentang umur dan tentang nasib bahagiaan atau duka (kerugian) seorang manusia.

Ke empat, Takdir baik dan buruk bahwa Allah swt menciptakan kebaikan dan keburukan, Allah swt berfirman Bahwa “Sesungguhnya orang orang yang Mujrim itu berada dalam kegelapan dan kerugian”, Allah juga berfirman dalam surat Al Falaq, Aku berlindung dari para tukang nujum dan aku berlindung kepada Allah dari keburukan apa yang telah diciptakanNya”1. Imam Nawawi juga menegaskan bahwa Takdir yang berada di Lawkhul Makhfudz dapat dirubah sebagaimana didalam hadist Rasulullah saw bahwa sesungguhnya Sedekah dapat menyambung silaturrahmi yang telah putus dan bermanfaat bagi menghapus perbuatan buruk dan membuat hati menjadi bahagia”. Imam Nawawi juga mengutif Hadist Rasulullah saw tentang pertarungan dan perkelahian antara Doa dan Musibah yang saling melakukan pembunuhan dilangit bumi dan ketika Doa memenangkan pertarungan tsb, doa dapat menepis musibah sebelum diturunkan” . Lain halnya dengan Faham Qadariyah dan Kaum Majusi meyakini dan beranggapan bahwa Allah tidak menciptakan kejadian baik dan buruk dan baru kemudian mengetahui sesuatu setelah sesuatu telah terjadi. Keyakinan Qadariyah semacam ini adalah merupakan suatu kebohongan besar yang melakukan pengurangan terhadap Kebesaran dan kemampuan Ilmu Allah swt yang memiliki sifat dan Ilmu serta kekuasaan yang maha Tinggi suci dan Agung. Dialah yang Maha mengetahui tentang apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, Dia jualah yang maha tahu tentang apa yang dhohir dan tentang apa yang kalian sembunyian. Sesungguhnya Allah juga maha mengetahui tentang segala yang Ghoib.

B. Ciri Ciri Orang Beriman.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana kita dapat mendeteksi keimanan kita. Persoalan ini memerlukan mujahadah dan usaha yang besar . Terdapat sejumlah ciri ciri orang yang beriman, diantaranya Allah swt menggambar dalam Surah Al Mukmin Allah swt berfirman “ Qad’ Aflahal Mukimunun, Alladziina fii Sholatihim Khosyiuun, Walladziinahum anil Laghwi Mu’ridhun, Walladziinahum Lizzakatii faailuun, wal Ladziinahum li furujihim Khofidzuun,…Illa ala adzwaajiihim auw maa malakat aimanuhum fainnahum ghoiru maluumiin, Walladzina ala shalawaatihim Yuhafidzuun, wal Ladzina li amanaatihim khofidzun Ulaaika khumul waaridzuun, alladziina yaridzuunal firdaus hum fiiha Kholidun. Ayat ini secara eksplisit menggambarkan ttg ciri ciri orang orang yang beriman yang dijanjikan kebahagiaan dan kesuksesan dunia serta Surga Firdaus yaitu :

1) Mendirikan Sholat lima waktu dengan Khusyu. Sholat yang khusyu adalah Sholat yang menghadirkan jiwa dan pikiran serta menundukkan seluruh raga dihadapan Allah swt disamping semaksimal mungkin mematuhi rukun, wajib dan syarat Sholat yang benar dan baik dengan mjerasakan bahwa kita sedang melihat dan merasakan kehadiran Allah swt, atau minimal kita dapat merasakan bahwa Allah pasti melihat kita. Sholat khusyu inilah yang kemudian dapat memberi manfaat individu dan sosial, salah satu diantaranya adalah “ Tanha anil Fahsyai wal Mungkar” menjadi perisai dan penghalang bagi kita dalam berbuat keburukan dan kejelekan. Disinilah makna Sholat sebagai ibadah ritual dan media pertemuan dengan Allah swt disuatu sisi dan ibadah sosial disi lain yang yang termanifestasi untuk selalu menghadirkan Allah swt pada setiap kegiatan individu dan sosial. Sehingga segala aktivitas ibadah seorang yang mukmin, baik itu dikantor, di pasar, dijalan ataupun dirumah dan dikamar pada saat sendirian atau berdua selalu diringin oleh eksistensi keberadaan Allah swt sebab “Wa Huwa Maakum Ainama Kuntum,….”. Dan Dia Allah swt selalu bersama kalaian dimanapun kalian berada. Danb dialah yang kedua atau yang ketiga, atau yang ke empat. (dilarang cemburu).

2) Menolak hal hal yang bersifat Laghwi, atau hal hal yang dapat melalaikan. Banyak hal yang dapat melalaikan kita dari mengingat dan melaksanakan kewajiban kita kepada Sang Kholiq Allah swt. Misalnya, apa ya…Televisi, Gaple dan Catur atau apa saja yang membuat kita bisa lalai sampai lupa Sholat. Pada dasarnya Nonton Televisi, Main Gaple dan caturnya sih sah sah saja, silahkan nonton atau bermain sepanjang jangan di ikuti dengan taruhan, tetapi ingat jangan hal itu menyebabkan kita menjadi lali dan lupa akan kewajiban kita kepada Allah dan mengingat Allah swt. Diterangkan didalam Riwayat Hadis Rasulullah didalam kitab hadist Sunan Ibnu Daud Bab Sholattul Khouf bahwa saking pentingnya apa yang disebut dengan Sholat, Rasulullah memerintahkan Sholat untuk selalu didirikan kendatipun dalam keadaan berperang dan menghadapi dentuman serangan tembakan Musuh. Demikian juga dalam bab dan Sholatul Matlub Rasulullah pernah memerintahkan salah seorang shahabat untuk membunuh Seorang pembesar Quraisy yang mengumpulkan orang orang kafir untuk memerangi Rasulullah dan kaum Muslimin, tetapi ditengah jalan sahabat tersebut tertangkap waktu Ashor sehingga shabat tsb terpaksa sholat sambil jalan sebelum kemudian menusukkan pedangnya ke pembesar Quraisy yang di incarnya.

Oleh sebab itu, sudah menjadi konsekwensi bagi mereka yang menolak Laghwi untuk selalu berusaha menyibukkan diri dengan hal hal yang bermanfaat, sehingga Laghwi itu tidak memiliki kesempatan untuk mengelabuinya. Misalnya, dengan membuat alakahs pengajian dan penambahan ilmu semacam yang kita lakukan sekarang ini,…alakah semacam ini sepintas lalu mungkin sangat sederhana dan nampak sedikit sekali manfaatnya bagi orang yang tidak mengetahui hakikatnya. Tetapi bagi yang mereka yang menetahui hakikatnya adalah sangat luar biasa dan dahsyat, sebab dalam salah satu Hadist disebutkan bahwa alaqah imaniah dan ilmiah semacam ini, tidak hanya menambah ilmu dan iman serta pengalaman, tetapi juga dihadiri oleh para malaikat yang sibuk berdoa bagi mereka yang hadir dalam alaqah tsb. Bayangin aja kalau yang doain malaikat, yang kita tahu Malaikat adalah merupakan makhluk al Muqarrabin atau yang yang paling dekat dengan Allah swt dan tidak pernah berbuat dosa. Di doain anak atau keluarga atau teman aja aku hobby kok.

3) Membayar Dzakat. Pada point ke tiga, Allah menjadikan ciri bagi orang Mukmin yang bahagia itu adalah membayar Dzakat. Dzakat adalah Hablum Minannas yang mengisyaratkan bahwa setelah memiliki hubungan kuat dengan Allah dan mengendalikan diri, nafsu dan syaitan, maka tiba saatnya berajak kepada suatu bentuk realisasi pengorbanan sosial. Sebab banyak juga orang Islam, kalau diperintahkan Sholat tidak terlalu berat baginya, sebab sholat modal dan kuncinya cuma Wudhu dan khusyu. Demikian juga pada point kedua dalam mengalahkan Hawa nafsu dan syaitan, tidak dibutuhkan pengorbanan harta, tetapi pengorbanan yang bersifat pribadi semata. Lainhalnya dengan Dzakat, ibadah satu ini juga secara dhohir adalah memiliki implikasi dan realisasi sosial yang sangat luas dan luar biasa khususnya bagi kesejahteraan atau Hablum minannas, tetapi secara hakiki, Dzakat juga merupakan hablum minallah, dimana Allah swt akan menjadikan tamu agung bagi setiap orang yang rajin berDzokat atau sedekah. Beberapa kehebatan dan keunggulan Dzakat :

Pertama, Dzakat adalah ibadah yang membutuhkan pengorbanan harta,sama seperti sedekah, Haji dan Kurban.

Kedua, Dzakat adalah merupakan instrument ekonomi islam yang memiliki fungsi yang sangat effektif dan effisien dalam menanggulangi masalah Kemiskinan yang merupakan masalah utama dunia global saat ini, disamping merupakan instrument ekonomi real kaum lemah yang merupakan fondasi kekuatan ekonomi dll.

Ketiga, Dzakat memiliki sifat alami yang tidak hanya membersihkan dan mensucikan harta dan jiwa bagi pemiliknya, tetapi juga memiliki sifat tanbah dalam kelipatan 100 %. Sebagai mana Rasulullah saw bersabda bahwa Dzakat dan Sedekah itu membersihkan dan mensucikan. Rasulullah saw juga bersabda “Anna likulli sadakatin miati habbah wallahu yudhoifu man yasyaa” Bahwa dalam setiap satu sedekah atau Dzakat itu memiliki nilai tambah kelipatan seratus dan sesungguhnya Allah swt akan memuliakan siapa saja yang dikehendakiNya”

4) Menjaga Kemaluan. Menjaga kemaluan adalah sesuatu yang hukumnya Wajib bagi setiap Muslim dan haram hukumnya melakukan Zina sebab tidak hanya berbahaya bagi moral tetapi juga bagi kemajuan kesejahteraan suatu masyarakat. Zina adalah salah satu dosa besar yang dapat melahirkan perbuatan perbuatan maksiat atau dosa dosa besar lainnya, seperti Korupsi, Perampokan, Pembunuhan dan Perjudian serta yang paling merugikan lagi adalah memusnahkan kekuatan generasi pelanjut. Alhamdulillah Negara Republik Indonesia secara Undang Undang telah mensahkan Undang Undang Anti Pornography. Ini adalah merupakan suatu kemajuan besar yang perlu kita dukung bersama, tidak hanya dalam bentuk tataran legal dan perangkat hukum tetapi juga harus terus kita dukung dalam tataran sosialisasi aplikasinya yang merata ditengah masyarakat. Hal ini tentunya mustahil dapat terwujud tanpa kita harus memulainya dari diri kita dan keluarga terdekat. Di dalam hadist dikatakan bahwa berzina tidak hanya akan melahirkan dan membawa berbagai macam kehancuran moral dan penyakit bagi masyarakat tetapi juga akan melahirkan kemiskinan. Karena itu, menjastifikasi perzinahan sebagai sumber pendapatan dan devisa negara seperti yang di jadikan alasan oleh sebagian orang orang tertentu yang fasik perlu dikaji ulang.

5) Alladziinahum Li Amaanaatihim hafidzuun. Ciri orang yang beriman yang kelima adalah mereka yang senantiasa menjaga dan mendirikan serta menyampaikan amanat yang telah diberikan kepadanya. Amanat disini memiliki pengertian yang sangat luas, baik itu amanah Risalah sebagai suatu amanah paling besar dan dahsyat, maupun amanah amanah lainnya yang bersifat pribadi maupun publik. Tidak heran, jika kemudian persoalan amanah ini juga menjadi salah satu tolak ukur yang memisahkan antara orang beriman dengan orang Munafik. Rasululah saw ; terdapat tiga ciri utama bagi orang munafik yaitu: “idzaa Wa’adah khalafah, Wa idzaa hadastah katsabah, Wa istatuminah Khonah”. Jika iya berjanji ia mengingkari janjinya, dan jika menyampaikan suatu kabar dan cerita, Ia berdusta, dan jika ia diberi amanat, ia menghianati amanat tsb. Karena itulah sehingga Allah swt banyak sekali didalam alQur’an mengancam keras para pendusta dan penghianat dengan kalimat pedas a.l: Wailulil Mukastibiinn,……dan lain sebagainya. Sebab dusta juga memiliki dampak dan pengaruh sosial yang sangat besar dimana dengan dusta tidak hanya kata dan fakta yang dapat dibolak balikkan yang kemudian mengakibatkan penyelewengan penyelewengan keuangan dan politik serta hukum. Tetapi dusta juga dapat mengantarkan pada kehancuran sebuah keluarga dan masyarakat disebabkan oleh apa yang disebut dusta.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertama, bahwa Iman adalah bukan sekedar keyakinan teguh tetapi menurut ijmaul ulama dan fuqaha adalah sesuatu yang harus di ikuti dengan iradah usaha dan amal sholeh sehingga keyakinan dan keimnan tersebut tumbuh menjadi rahmat dan kekuatan yang membumi dan bermanfaat, baik bagi Individu, maupun bagi masyarakat dan lungkungan serta alam sekitarnya. Rasulullah saw bersabda: Al Iman laisa Attamannu Wattahayyul” . Bahwa Iman adalah bukan sesuatu yang dapat di capai hanya dengan melamun dan berkhayal, melainkan sesuatu yang dicapai dengan usaha yang sungguh sungguh melalui berbagai upaya amal sholeh dan kerja keras dalam mencapai keyakinan sampai datangnya ajal. Allah swt berfirman : “ Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai suatu kaum tsb mengubah nasibnya sendiri”. Dalam banyak surat, Allah swt seringkali menggandengkan antara Iman dan amal sholeh Misalnya “ dalam surah Al Ikhlas, Wal asri Inal Insaana lafii Husrinn, Illal Lasiina amaanu wa amilussholihat ,….ila akhiri. Bahwa “Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling ingat mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran dan bersabar dalam saling mengingatkan.”

Kedua, Bahwa orang yang telah Islam dan Muslim belum tentu beriman, tetapi sebaliknya orang yang beriman tidak diragukan lagi Keislamannya. Allah berfirman “Berkata orang Arab yaitu orang orang Munafik Kami telah beriman , katakanlah kamu belum lagi beriman tetapi katakanlah kalian beru dikatakan islam”. Hal ini juga sesuai dengan realitas bahwa betapa banyak ummat Islam yang Sholat dan puasa serta haji tetapi secara mendasar jiwa mereka tidak beriman dan mengingkari serta mendustakan Allah swt, malaikat atau kitab dan hari pembalasan.

Ketiga, Para ulama berbeda pendapat tentang eksistensi karakter iman sebagai sesuatu yang baku (fixed) dan iman sebagai sesuatu yang mengalamai flaktuasi (naik – turun). Namun Jumhurul Ulama berkeyakinan bahwa Iman adalah sesuatu yang berfluctuasi dan dapat mengalami pasang surut sehingga diperlukan suatu perawatan atau maintenance dalam kuntinyuitas kelangsungannya yang berkesinambungan. Jika iman itu kita andaikan sebagai sesuatu yang memiliki jazad seperti mobil misalnya, maka agar mobil tersebut dapat tetap berjalan dan berfungsi dengan baik, mobil tersebut harus senantiasa dirawat di cunning, discharging batreinya diperbaharui olinya, diganti seat covernya yang sudah usang dijaga dari sengatan sinar matahari dan hujan lebat, dilap dan dicuci, sehingga bisa mengkilap seperti cermin yang dapat memantulkan cahaya gambar yang di hadapkan padanya. Jika mobil yang dalam realitas kehidupan sehari hari hanya merupakan alat transportasi dari suatu titik ke titik lainnya, kita hargai sedemikian rupa, lalau bagaimana dengan Iman? Iman adalah satu satunya alat transportasi utama yang dapat menyelamatkan kita dari perjalanan dunia menuju negara akhirat. Itu dilihat dari segi fungsinya yang satu arah (one traffic line) dan jika kita amati fungsi iman dari fungsinya yang ,muti dimensi maka dapat dipastikan bahwa iman memiliki pengaruh yang sangat besar dan luas dalam kehidupan pribadi, keluarga, maysrakat dan bernegara termasuk didalamnya pengaruh Iman terhadap kesejahteraan dunia dan akhirat seperti yang menjadi thema sentral kita saat ini.

Ke empat, bahwa Takdir Allah swt terbagi atas empat termasuk diantaranya takdir Allah swt yang tertulis di Lawhul Makhfudz yang menurut imam Nawawi bisa diubah dengan usaha, doa dan sedekah.

B. Saran

Dalam mempelajari ilmu tauhid, sebaiknya harus dengan dalil yang mampu dijadikan pedoman, Di samping itu, Hal-hal yang dianggap rasional harus benar-benar diteliti kebenarannya dan apa yang bisa di jadikan referensi dari peristiwa tersebut.

Agama islam telah mengatur semua kehidupan manusia dan didalamnya banyak petunjuk-petunjuk yang bisa dijadikan pedoman dan pegangan dalam menentukan sesuatu. Segalanya sudah diatur, baik buruknya sesuatu, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia telah dijelaskan dalam Agama Islam. Hanya kita tinggal memilih tindakan apa yang sebaiknya kita ambil.

Oleh karena itu, kita sebagai orang beragama harus pandai-pandai mengambil tindakan dalam hidup. Apalagi kita yang berstatus pelajar/mahasiswa, orang yang beragama dan berilmu. Jangan sampai ilmu yang kita miliki disalah gunakan, apalagi untuk merugikan orang lain.

Daftar Pustaka

Bashori, Agus Hasan,1998. Kitab Tauhid, Yogyakarta.

Nusantara,Ichwan Mujahid,(tanpa tahun). KONSEP Iman dan Kesejahteraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar